Menyiapkan Manusia Tubaba dari Kesenian




TUBABA – Pemerintah Tulang Bawang Barat (Tubaba) nampaknya semakin mantap dalam mempromosikan daerah melalui jalan kebudayaan dan seni. Hadirnya Sekolah Seni Tubaba, di Uluan Nughik, Panaragan sebagai pusat kebudayaan dan kesenenian mampu membawa nama Tubaba ke kancah nasional bahkan dunia.

Keberhasilan ini berkat gigihnya Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat. Program yang digagas secara korlaboratif oleh Pemkab Tubaba dan seniman berbagai kota ini, kini telah dijalankan secara independen oleh Yayasan Pendidikan Seni dan Ekologi.



Sekolah Seni Tubaba juga telah menjadi sebuah lembaga pendidikan nonformal yang menitik beratkan pada pola pendidikan karakter dengan metode pelatihan kesenian yang intensif, sistematis, dan berkelanjutan yang digagas oleh sebuah pemerintah daerah. Mungkin ini hanya satu-satunya di Indonesia.

Penjabat Bupati Tulang Bawang Barat, M Firsada berpedapat seni merupakan hasil kreasi manusia yang lahir dari pemikiran bahkan dari alam bawah sadar manusia.

“Seni adalah hasil kreasi manusia. Ahli-ahli seni berpendapat bahwa seni itu olahir dari buah pemikiran bahkan dari alam bawah sadar manusia,” kata Firsada, saat membuka Resital Sekolah Seni Tubaba pada Sabutu (4/5) lalu.

Firsada juga mengatakan, Festival Seni Tubaba juga telah menambah deretan festival budaya berkelas nasional di Provinsi Lampung. Baru-baru ini Menteri Pariwisata Ekonomi dan Kreatif juga telah melaunching Karisma Even Nusantara (KEN) dimana Tubaba Art Festival masuk dalam 110 kalender Even Nusantara atau KEN 2024.

“Di Lampung ada tiga yang masuk dalam kalender Even Nusantara yaitu, Festival Krakatau, Festival Skala Berak (Lampung Barat), dan Tubaba Art Festival yang akan digelar pada Agustus mendatang,” tuturnya. 

Harapannya, Festival Seni Tulang Bawang Barat yang akan digelar pada Agustus mendatang menjadi objek wisata bagi pencinta seni yang ingin melihat seni dan kebudayaan di Tubaba. 

“Mudah-mudahan acara Agustus nanti menjadi objek wisata bagi pencinta seni,  bagai mana seni dan kebudayaan di Tulang Bawang Barat,” harapnya.



Resital Akhir Pekan Sekolah Seni Tubaba 2024



Resital atau pentas akhir pekan yang dilaksanakan Sekolah Seni Tubaba pada Sabtu, akhir pekan lalu merupakan sebuah intermezzo dari perjalanan kegiatan berkesenian di Sekolah Seni Tubaba, Uluan Nughik di tahun 2024 dengan tema “Seni Untuk Masa Depan”.

Pada resital akhir pekan ini, menampilkan pertunjukan gitar dan vocal ensemble dari kelas musik,  teater remaja dan anak dari kelas teater. pertunjukan tari anak dan remaja dari kelas tari. Sementara kelas seni rupa menggelar pameran karya drawing.

Direktur Sekolah Seni Tubaba, Semi Ikra Anggara mengungkapkan, program ini telah telah berjalan sejak Februari lalu dengan melibatkan lebih dari 200 orang peserta yang terbagi ke dalam empat kelas utama yakni, kelas musik, seni rupa, tari, dan kelas teater. 

“Peserta Sekolah Seni Tubaba  berada di usia enam hingga 17 tahun. Sejak Februari lalu, kita telah melewati sekira 17 kali peremuan,” kata Semi.

Para peserta didik juga telah melewati proses belajar berbagai materi yang menitik beratkan pada aspek teknis semata. Melainkan, pembatinan dan pemaknaan pada setiap proses penciptaannya.

“Setiap peserta didik diajak untuk mampu mengembangkan diri menjadi pribadi yang unggul dan lebih berkualitas dalam menatap fase kehidupan kedepan, sejalan dengan tema program tahun ini ‘Seni untuk Masa Depan’,” sambung Semi.

Kurikulum dari pelatihan kesenian di Sekolah Seni Tubaba juga dirancang sedemikian rupa dengan koridor utamanya pada pengenalan diri dan lingkungan sekitar. 

Semi menerangkan, program ini mengajak peserta melihat kisah, peristiwa lalu menafsirkan dan mewujudkannya  ke dalam karya presentasi akhir di setiap kelasnya masing-masing. Kurikulum tahun ini dirancang agar peserta didik memiliki rasa empati, solidaritas, kesetaraan, kerja keras, dan pemahan tentang lingkungan.

Namun, kata Semi, tujuan kurikulum ini dibuat untuk mencetak seniman. Tapi melalui kesenian ini peserta didik disiapkan untuk menjadi manusia Tubaba yang memegang prinsip hidup Nenemo (Nemen, Nedes, Nerimo) dan sederhana, setara, dan lestari.

“Kurikulum ini dibuat bukan untuk mencetak seniman. Tapi titik tekan pendidikan seni sebagai metode menyiapkan anak-anak sebagai pemilik masa depan. Menjadi manusia Tubaba yang memegang prinsip Nenemo,” tegas Semi.

Resital Sekolah Seni Tubaba juga diapresiasi oleh Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII, Nurmantias. Menurutnya, Sekolah Seni Tubaba telah memberikan ruang kepada anak-anak untuk mengenal keragaman budaya di Nusantara.

“Seperti yang ditampilkan anak-anak kita tadi, sebuah tarian Midley Nusantara bagaimana mereka harus mengenal suku-bangsa yang ada. Dengan mengenal etnis dan suku bangsa yang ada,  kita bisa mengenal Indonesa secara utuh,” kata Nurman.

Ia menekankan, pengenalan kebudayaan memang harus diberikan sedini mungking ditengah gempuran budaya asing saat ini. Dengan meberikan wawasan dan referensi, generasi muda akan memiliki subuah protek dalam proses berbudaya.

“Yang Namanya kebudayaan itu tidak bisa harus tetap sama seperti lalu. Tapi dengan dengan referensi yang ada di Sekolah Seni Tubaba ini mudah-mudahan generasi muda kita kedepan tidak hilang cacatan kebudayaannya,” tutupnya. (vid)

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.